Oleh : H. Muhammad Maulana
Staff Research & Development
Jakarta– Sebuah tindakan yang tepat, akurat, efektif, dan efisien harus didukung penglihatan yang jeli. Seperti seekor singa yang akan menerkam mangsanya walaupun dalam kondisi gelap. Oleh karenanya mata sebagai indra penglihat harus selalu sehat agar fungsinya tetap terjaga dan tidak cedera. Karena cedera pada Mata bisa berakibat katarak. Sejenis kerusakan Mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun.
Di antara gejalanya adalah berkurangnya ketajaman dan kejelian penglihatan karena lensa mata yang keruh menghalangi masuknya cahaya. Akibat yang paling fatal dari katarak adalah kebutaan total pada mata. Jika hal itu terjadi maka otak akan kehilangan sebagian fungsinya.
Parahnya lagi sebuah tindakan tidak akan terjadi dengan tepat dan akurat sesuai dengan target. Bahkan, bisa juga menjadi tindakan yang ‘ngawur’.
Selain terjadi pada mata manusia katarak juga dapat terjadi pada ‘mata’ APBN. Gejalanya cukup terlihat pada RAPBN 2011 yang telah ditetapkan belum lama kemarin.
Sejumlah rencana ‘tindak’ APBN di tahun 2011 masih jauh dari realitas yang ada dan sedang terjadi. Perhatikan saja ‘tindakan’ APBN untuk pendidikan siswa miskin yang hanya mengalokasikan Rp 364,073/ siswa SD miskin/ tahun, dan Rp 375,171/ siswa SMP miskin/ tahun. Padahal, jumlah penduduk miskin di tahun 2010 sebanyak 31,02 juta jiwa.
Perhatikan juga rencana ‘tindakan’ APBN terhadap rakyat miskin yang mengalami gizi buruk. 4,1 juta balita yang teridentifikasi gizi buruk dan gizi kurang hanya dialokasikan Rp 209,5 miliar atau Rp 50,989/ balita/ tahun.
Gejala katarak pada ‘mata’ APBN juga terlihat pada ‘ngawurnya tindakan’ APBN yang merencanakan pembelian mobil dinas bagi pejabat negara sebanyak 4,401 unit dengan dana Rp 32,572 miliar. Artinya, rata-rata harga per unit mobil adalah Rp 506,6 juta. Padahal. standar biaya yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, pembelian mobil dinas tidak boleh lebih dari Rp 400 juta.
Nampaknya ‘mata’ APBN 2011 mulai terjangkit katarak. Penglihatannya menjadi ‘rabun’ melihat realitas kemiskinan di Indoneisa. Selama ‘mata’ APBN 2011 terjangkit ‘katarak’ maka selama itu pula program dan alokasi anggarannya tidak memberikan solusi pada persoalan kemiskinan. Bahkan. cenderung bertindak ‘ngawur’ yang menguntungkan para pejabat negara saja.
Mata butuh tambahan nutrisi berupa vitamin A. Karena vitamin A mengandung zat yang menjaga fungsi mata dan mencegahnya dari penyakit. Bahkan, vitamin A juga mampu membantu menyembuhkan penyakit mata. Oleh karena itu ‘mata’ APBN juga butuh ‘vitamin’ berupa masukan dari masyarakat. Dan untuk itu, ‘mata’ APBN harus terbuka.
Masalahnya, jika ‘mata’ APBN tidak pernah mau menerima ‘vitamin’, khawatir di tahun berikutnya ‘mata’ APBN mengalami kebutaan terhadap kemiskinan.