Berdasarkan catatan Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA), dana open house bagi Presiden SBY itu mencapai Rp1,5 miliar.Menurut, Koordinator Investigasi dan Advokasi FITRA Uchok Sky Khadafi, awalnya anggaran yang ditawarkan Kementerian Sekretariat Negara dalam bentuk Harga Prakiraan Sementara (HPS) kepada kontraktor sebesar Rp1.618.504.500. Rinciannya, ungkap Uchok, untuk pengadaan jamuan bagi Presiden, Menteri beserta keluarganya, mencapai Rp606.150.000.
Selain itu, anggaran untuk pengadaan jamuan bagi pejabat dan karyawan sekretariat Presiden sebesar Rp175.250.000. “Lalu untuk, pekerjaan pengadaan jamuan
snack dan minuman pada acara tersebut dianggarkan sebesar Rp452 juta,” ungkap Uchok seperti dikutip dari siaran persnya yang diterima wartawan, Jakarta, Sabtu (18/8/2012).
Lalu, untuk sewa pemasangan dan pembongkaran tenda beserta kelengkapannya tercatat sebanyak Rp385.104.500.
Selain itu, Uchok juga mengungkapkan, pemenang lelang dalam acara ini tidaklah jelas. Lalu nilai penawaran perusahaan pemenang tendernya pun juga sama. “Tetapi, proses lelang ini sudah selesai dilakukan,” ujar Uchok
Menurut Uchok, realisasi anggaran dalam open house ini terlalu mahal, mengada-ada, dan jauh dari tindakan penghematan yang selama ini selalu dinyatakan oleh Presiden. “Karena alokasi anggaran sebesar Rp1,5 miliar sangat mencederai perasaan orang-orang miskin,” tukas Uchok.
Uchok menilai, pemerintah akan menganggap wajar anggaran sebesar itu. Hal ini memperlihatkan bahwa pejabat hanya mempunyai hasrat menghambur-hambur uang negara tanpa perduli tanggung jawab itu sendiri.
“Jangankan sebesar Rp1,5 miliar, lihat tahun 2011 saja, sesuai dengan hasil audit BPK tahun 2011, pemerintah dalam ini Kementerian Keuangan kehilangan pendapatan negara lantaran salah perhitungan pajak penghasilan minyak dan gas bumi, dan perhitungan bagi hasil migas sebesar Rp2,3 triliun. Mereka betul-betul tidak memerdulikannya,” sesal Uchok. (Bisma Rizal/Bowo Santoso)
sumber: sorotnews.com