Oleh: Badiul Hadi
Indonesia merupakan negara dengan kekayanan sumberday alam yang melimpah ruah, termasuk rempah-rempah. Itulah yang menjadi alasan negara eropa seperti Portugis dan Belanda menjajah, tujuannya tidak lain untuk menguasai rempah-remapah yang melimpah. Bahkan Belanda kemudian membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau persekutuan dagang Belanda. VOC sempat menguasai Indonesia dalam waktu yang cukup lama. Dari zaman itu sampai sekarang rempah-rempah menjadi komoditas dengan nilai jual tinggi atau mahal. Rempah-rempah juga memiliki manfaat untuk pengobatan dan kesehatan.
Sama halanya dengan kemanfaatan ekonomis, kemanfaatan dari sisi kesehatan dan pengbobatan sudah menjadi tradisi turun-temurun atau dalam istilah yang lazim di sebut jamu. Masyarakat Indonesia memiliki tradisi menjaga kebugaran dan kesehatan badan bahkan menghilangkan berbagai jenis penyakit degan jamu. Cuma dalam beberapa kesempatan jamu ini dianggap sugesti, mungkin karena namanya “ jamu ” sehingga dianggap mitos dapat menyembuhkan penyakit. Padahal kalau dilihat dari bahan dasar ramuan jamu yaitu rempah-rempah, seperti jahe merah, kunyit, lengkuas, temu lawak, daun sereh, daun katuk, daun kelor dan lainnya dalam bebera uji medis maupun saintis memang memiliki kandungan yang menyehatkan badan dan menangkal virus bahkan menyembuhkan penyakit.
Itu pula yang membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka acara the 2nd Asian Agriculture Food Forum di Istana Merdeka, Jakarta, menyatakan kini mengganti suguhan para tamu yang berkunjung dari teh menjadi minuman empon-empon seperti temu lawak, jahe, sereh, dan kunyit. Priesden Jokowi juga mengungkapan momen ini semestinya dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali kejayaan rempah-rempah di Indonesia. Apalagi sejak dulu, Indonesia tersohor atas kekayaan rempah-rempah hingga mengundang para pedagang hingga penjajah dari Eropa. Kerena pidatonya itu kemudian melambungkan harga empon-empon, sayang tidak bertahan lama.
Pernyataan Presiden Jokowi juga mendapat sorotan dari berbagai kalangan, termasuk media internasional , salah satunya Bloomberg . Dalam artikelnya yang terbit pada 13 maret 2020 menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo terkait caranya menangkal virus corona dengan meminum jamu, menganggap pernyataan Jokowi itu memperkuat spekulasi bahwa virus corona bisa ditangkal hanya dengan meminum ramuan herbal. Padahal, hal itu belum terbukti secara ilmiah. Bloomberg dalam artikelnya menyatakan “Indonesia’s President Joko Widodo has been bolstering speculation that a herb concoction can ward against being infected with the coronavirus”.
Dua bulan berlalu, ramuan jamu ala Presiden Jokowi meramaikan perbincangan dijagat maya. Entah, apakah suguhan jamu itu sudah menjadi laku hidup baru atau sekedar lalu. Yang jelas, saat ini Presiden Jokowi sedang membuat ramuan “jamu” baru untuk menangkal virus corona. Ramuan itu diberi nama “new normal” atau tatanan normal/kehidupan baru. Bedanya kalau jamu yang dulu dipromosikan Presiden Jokowi bersumber dari rempah-rempah asli Indonesia, sedang jamu baru yang dipromosikan merupakan produk impor hasil ramuan badan kesehatan dunia (WHO), makanya mendapat respon yang cukup keras dari masyarakat. Karena itu, Presiden Jokowi bersama para pembantunya, sedang sibuk meramu ulang “new normal” jamu baru agar bisa diterima masyarakat.
Ramu ulang pemerintah diharapkan bisa mengurangi penderitaan yang dialami oleh masyarakat. hasil ramu ulang jamu baru yang dilakukan pemerintah dibuat dalam beberapa paket, ada paket jaring pengaman sosial (JKN) dengan berbagai dinamikanya telah digelontorkan pemerintah diataranya dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT). Paket jamu berikutnya pemulihan ekonomi nasional (PEN), isinya ada 5 (lima) sachet, yaitu subsidi bunga ke UMKM melalui lembaga keuangan, penempatan dana untuk perbankan yang terdampak restrukturisasi, penjaminan untuk kredit modal kerja, penyertaan modal Negara untuk BUMN yang permodalannya terdampak dan penugasan khusus, dan investasi pemerintah (untuk modal kerja). Paket PEN perlu pengawasan dari semua pihak termasuk masyarakat, hal ini untuk memastikan kebijakan tidak disalah gunakan, dan menghindari dugaan banyak pihak bahwa paket ini merupakan bagian dari sekema bailout. Kekhawatiran lain adalah dalam paket kebijakan PEN, pembiayaan program PEN dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kran utang bisa dibuka kapan saja, dan dapat dipastikan kondisi utang negara akan membengkak. Terlebih per kuartal 1 2020, utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 389,3 miliar atau Rp 5.796 triliun (kurs Rp 14.900 ribu per dolar AS).
Untuk memastikan pelaksanaan PEN, sepanjang Juni 2020 pemerintah akan memberlakukan pelonggaran dengan memberikan ijin beraktivitas dan berproduksi untuk industri, sektor kesehatan beroperasi penuh, dan mall serta pasar boleh buka dengan syarat mengindahkan protokol kesehatan. Ketahanan masyarakat saat ini dalam posisi yang menghawatirkan, salah sedikit saja dalam meramu jamu bisa berakibat fatal bagi kehidupan masyarakat. Sungguh, ramuan jamu yang disediakan oleh pemerintah apapun bahan bakunya walaupun beli dari luar (asal tidak utang), terlebih bahan baku asli Indonesia, selama itu sesuai kebutuhan masyarakat dan tepat sasaran tentu akan disambut baik masyarakat.