Undang-undang ormas yang kontroversi terus berlangsung ditengah masyarakat begitupun isu-isu bahwa ormas banyak menerima dana hibah asing dan menjadi antek-antek asing. Padahal tak hanya ormas, negara juga menerima dana dari hibah asing, maka hal tersebut merupakan tuduhan ormas sebagai antek asing lebih karena ormas-ormas tersebut memilih berada di posisi yang berseberangan dengan pemerintah. Begitu disampaikan Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi dalam Konferensi Pers kemarin (14/7) di Jakarta.
Uchok menjelaskan bahwa sikap ketidakberpihakan anggota parlemen dalam proses berdemokrasi salah satunya tercermin melalui aksi dua anggota DPR yang memperkarakan beberapa aktivis ICW terkait rilis mereka yang menyebutkan nama-nama anggota DPR yang dipertanyakan keseriusannya dalam pemberantasan korupsi. “Itu merupakan bentuk kepanikan anggota DPR, Ini juga upaya untuk menjenggal KPK mereka tidak bisa menjatuhkan KPK. Jadi mereka mencari cara yang menopang KPK salah satunya adalah dengan kekuatan masyarakat sipil di antaranya ICW untuk melemahkan agar tidak ada yang berani macam-macam ke anggota DPR,” ungkapnya.
Dalam Konferensi Pers bertajuk “siapa pro asing: negara atau ormas?” dikatakan Uchok juga bahwa Musuh demokrasi kita saat ini justru anggota parlemen yang sebenarnya kita pilih sendiri.
Redaksi : FITRA